Rabu, 27 April 2011

tugas uts 1

Remaja, Dunia Penuh Ekspresi
Seorang ibu terbengong-bengong karena anak lelakinya yang menginjak usia 17 tahun ingin mengenakan anting. Pasalnya, ia remaja yang baik-baik saja, dan cenderung disukai oleh teman, guru, maupun orangtuanya sendiri karena selalu berperan sesuai harapan.Anting bagi para orangtua tradisional hanya pantas dikenakan wanita. Itulah sebabnya keinginan si remaja pria itu sulit dimengerti oleh sang ibu. Ketika ditanya alasan keinginannya, si anak hanya mengatakan, “Kan keren!?”
Ibu itu baru sedikit mengerti bagaimana arti kata “keren” ketika suatu saat mereka menikmati paduan suara yang indah, dikomandani seorang konduktor muda, notabene seorang pemuda dengan penampilan macho, meski mengenakan anting di sebelah telinganya. Pada saat itu si anak menyatakan, “Keren ‘kan, Bu?”
Tidak mudah menyelami kehidupan remaja. Apa yang mereka pikir, rasakan, dan lakukan, seringkali berbeda dengan yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Dari soal cara berpakaian, model rambut, dan aksesori hingga bagaimana mereka mengembangkan kebiasaan-kebiasaan berperilaku, biasanya mengundang komentar dari orangtua. Dunia mereka penuh angan-angan indah. Namun, apa yang indah bagi mereka itu belum tentu dapat diterima oleh para orangtua.
Banyak orangtua yang dibuat khawatir karena perilaku anak remajanya, terutama karena mereka tidak lagi “manis” seperti ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan, banyak orangtua dan guru yang cenderung memberikan label kepada mereka sebagai generasi yang sulit diatur. Sebagai orangtua, sudah sepatutnya kita belajar untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak-anak kita yang tengah berada dalam masa remaja. Dengan itu keadaan yang menjengkelkan dapat berubah menyenangkan.
Perkembangan Psiko-Seksual
Kita tahu bahwa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja diawali dengan tanda-tanda kematangan seksual. Bagi remaja, perubahan pada aspek biologis ini merupakan pengalaman yang cukup mengejutkan. Anak perempuan mulai mengalami menstruasi, dan anak laki-laki mulai mengalami mimpi basah. Konsekuensi dari perkembangan hormonal tersebut adalah perasaan-perasaan romantis terhadap lawan jenis.
Perkembangan tersebut merupakan peristiwa monumental, yakni membuat mereka mulai menyadari dirinya bukan lagi sebagai kanak-kanak. Ditambah lagi dengan perkembangan kognisi yang semakin lengkap, mampu berpikir secara teoretis/hipotetis, membuat remaja benar-benar mengalami dunia secara baru.Dengan kemampuan kognisinya itu mereka mulai menilai dunianya secara lebih utuh. Mereka membutuhkan orangtua sebagai tempat bertanya dan mendapatkan rasa aman. Di sisi lain, mereka juga dapat menilai orangtuanya secara negatif bila tidak sesuai dengan gambaran ideal mereka.
Pada masa ini remaja memasuki masa emansipasi. Mereka mengalami dorongan-dorongan untuk mengekspresikan diri secara orisinal. Mereka memiliki cita rasa baru yang sangat berbeda dengan ketika kanak-kanak, dan ingin dapat mengekspresikannya sebagaimana adanya. Ada kalanya mereka ingin seperti orang dewasa yang dapat bebas memutuskan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Mereka membutuhkan pengakuan sebagai pribadi yang otonom.
Teman Sebaya
Dalam keadaan normal, keluarga merupakan satu-satunya tempat berlindung yang nyaman bagi anak. Namun, dengan berkembangnya dorongan untuk memiliki otonomi, mereka mulai menengok dunia di luar keluarga, yakni teman sebaya.
Begitu pentingnya teman sebaya bagi remaja, bahkan ada kalanya menjadi sangat penting melebihi keluarga. Hal ini disebabkan di sana mereka lebih bebas berekspresi, dapat bersama-sama mendapatkan pengalaman tentang dunia, dan dapat memperkuat identitas dirinya melalui aktivitas bersama.
Contohnya, mereka cenderung sama-sama menolak otoritas yang sewenang-wenang, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka sama-sama menyukai keceriaan dan menolak situasi yang menekan. Kesamaan-kesamaan ini memungkinkan mereka untuk saling mendukung, termasuk dalam hal mengekspresikan diri.
Mereka sama-sama ingin mencoba hal-hal baru, tidak puas dengan hal-hal yang tradisional, melepaskan diri dari stereotip-stereotip yang dibangun oleh masyarakat. Model rambut, pakaian, sepatu, menjadi sarana mengekspresikan keinginannya akan orisinalitas.
Tato pada tubuh tidak lagi diartikan sebagai simbol kebrutalan; gaya punk tidak lagi dimaknai sebagai penampilan anak jalanan; anting tidak harus untuk wanita dan tidak pula dimaknai sebagai simbul gay, dan seterusnya.
Bagaimanapun, mengikuti kematangan seksual yang terjadi, mereka ingin dapat mengembangkan perilaku sesuai dengan peran jenisnya, sebagai pria atau wanita secara matang. Di antara teman sebaya mereka dapat mengekspresikan bagaimana perilaku yang matang sesuai tuntutan peran jenisnya.
Dalam kebersamaan itu mereka dapat saling memperkuat identitas dirinya. Dalam Psikologi Sosial sangat dimaklumi bahwa seseorang cenderung mengelola keanggotaannya dalam suatu kelompok dalam rangka mengelola konsep diri.
Dengan menjadi anggota kelompok, individu akan merasa memiliki identitas sosial yang pasti. Bagi remaja, identitas sosial sangat penting karena mereka masih membutuhkan kepastian siapa dirinya dalam masyarakat agar merasa berharga.
Secara keseluruhan, teman sebaya bagi remaja memiliki enam fungsi positif (Kelly & Hansen, dalam Dacey & Kenny, 1997): (a) mengendalikan impuls agresif; (b) mendapatkan dukungan sosial dan dukungan emosional serta kemandirian; (c) meningkatkan keterampilan sosial, kemampuan bernalar, dan mengekspresikan perasaan secara matang; (d) mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan perilaku sesuai peran jenis; (e) memperkuat nilai-nilai dan keputusan moral; (f) memperkuat harga diri (self esteem). 


Sepuluh Penyebab Perdarahan Berat Saat Haid
Sebagian perempuan mungkin pernah mengalami dan merasakan perdarahan yang berat saat haid. Terkadang kita sering berpikir apakah perdarahan tersebut termasuk normal atau tidak (perdarahan berat saat haid/ menorrhagia).
Lalu bagaimana cara kita tahu perdarahan yang kita alami termasuk tidak normal? Cara termudah adalah dengan mencatat seberapa sering kita mengganti pembalut atau tampon. Seseorang didiagnosa menderita menorrhagia (perdarahan  berat saat haid), jika selama haid, harus sering mangganti pembalut lebih dari 1-2 jam sekali, atau jika selama seminggu penuh kita mengalami perdarahan yang banyak.  
Sepuluh penyebab teratas perdarahan berat saat haid (menorrhagia):
1.        Ketidakseimbangan hormon saat remaja atau menjelang masa menopause merupakan penyebab yang terbanyak . Pada saat remaja setelah datangnya haid untuk pertama kalinya, dan beberapa tahun sebelum datangnya menopause, kadar hormon mengalami proses fluktuasi yang bisa berakibat perdarahan berat. Oleh karena itu, seringkali untuk menangani menorrhagia akibat ketidakseimbangan hormon melalui pemberian pil KB atau hormon lain.
2.        Tumor  fibroid pada rahim. Perlu diketahui bahwa tumor fibroid bersifat tumor jinak dan biasanya terjadi di usia 30an atau 40an tahunan. Hingga kini penyebabnya belum jelas. Beberapa operasi tersedia untuk mengatasi tumor fibroid mulai dari myomectomy, endometrial ablation, uterine artery embalization, dan terapi balon rahim seperti juga hysterectomy. Pengobatan non-operasi menggunakan agonists gonadotropin releasing hormone (GnRH), kontrasepsi oral, hormon androgen, RU486 atau mifepristone salah satu jenis pil aborsi, dan gestrinon. Agonist GnRH adalah obat yang bekerja melawan GnRH pada otak. Sedangkan beberapa perempuan mengaku pengobatan alami lebih efektif. Jika masa menopause muncul, tumor biasanya ukurannya  mengecil dan menghilang meski dengan tanpa pengobatan.
3.        Polip serviks. Polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa serviks, atau pada saluran endoserviks dan  menonjol pada mulut serviks. Penyebabnya belum jelas, namun seringkali akibat infeksi dan dikaitkan dengan respon abnormal terhadap meningkatnya kadar estrogen atau terhalangnya pembuluh darah kecil pada serviks. Sebagian besar perempuan yang menderita polip serviks adalah yang berusia 20 tahun dan telah memiliki anak. Biasanya diobati dengan pengobatan rawat jalan.
4.        Polip endometrium. Dia bukan kanker, tumbuh dan menonjol dipermukaan rahim. Penyebab belum jelas, walaupun demikian keberadaannya sering dihubungkan dengan kelebihan kadar estrogen atau beberapa tipe tumor ovarium. Pengobatan dilakukan dengan hysteroscopy dan D&C. Dengan pemeriksaan laboratorium patologi maka akan diketahui status polip, apakah mengarah ke kanker atau tidak.
5.        Penyakit Lupus. Lupus adalah peradangan kronis pada beberapa bagian tubuh, khususnya kulit, tulang sendi, darah dan ginjal dan termasuk penyakit autoimun. Para penderita Lupus diyakini mempunyai kecenderungan genetik Lupus. ilmuwan meyakini bahwa faktor lingkungan, infeksi, antibiotik (Sulfa dan Penicillin), sinar UV, stres yang berat, hormon dan obat-obatan memicu munculnya  gejala Lupus. Gejala-gejala antar pasien satu dan yang lain bervariasi, pengobatan dilakukan melalui mengindari stres berat hingga pengobatan non-steroid anti peradangan atau NSAIDS, asetaminofen, steroids, antimalarial sytoksik atau obat immunosuppressif, dan antikoagulan.
6.        Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah infeksi satu atau lebih organ yang berakibat pada rahim, tuba falopi, dan serviks. PRP sering disebabkan oleh infeksi menular seksual. Pengobatan PRP yang dianjurkan yaitu dengan terapi antibiotic.
7.        Kanker serviks. Muncul ketika sel-sel pada serviks berkembang abnormal dan jumlahnya tidak terkendali dan menghancurkan bagian-bagian  tubuh yang sehat. Hampir lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV). Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, kemoterapi dan terapi dengan radiasi.
8.        Kanker endometrium. Perempuan yang divonis kanker endometrium, umumnya berusia lebih dari 50 tahun, pernah mengalami hyperplasia pada endometrium, atau sering menggunakan terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy). Pengobatan pertama dilakukan melalui pengangkatan rahim (hysterectomy), jika memungkinkan dengan kemoterapi atau radiasi.
9.        Intrauterine devices (IUD). Perempuan yang menggunakan IUD berisiko mengalami perdarahan saat haid. Bila hal ini terjadi segera ganti IUD dengan metode kontrasepsi yang lain yang sesuai.
10.     Gangguan perdarahan. Jika perdarahan yang timbul sulit untuk dihentikan. Jenis paling umum penyebab gangguan perdarahan von Willebrand Disease (VWD).


Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja
Pilihan dan keputusan yang diambil seorang remaja sangat tergantung kepada kualitas dan kuantitas informasi yang mereka miliki, serta ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik untuk mereka, baik formal maupun informal (Pachauri, 1997).
Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi mengenai saranan pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tertular ISR/PMS. Hingga saat ini, informasi tentang kesehatan reproduksi disebarluaskan dengan pesan-pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila mengarah pada perilaku seksual (Iskandar, 1997).
Di segi pelayanan kesehatan, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana di Indonesia hanya dirancang untuk perempuan yang telah menikah, tidak untuk remaja. Petugas kesehatan pun belum dibekali dengan kete-rampilan untuk melayani kebutuhan kesehatan reproduksi para remaja (Iskandar, 1997).
Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja sangat terbatas. Kalaupun ada, pemanfaatannya relatif terbatas pada remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja (Outlook, 2000).
Karena kondisinya, remaja merupakan kelompok sasaran pelayanan yang mengutamakan privacy dan confidentiality (Senderowitz, 1997a:10). Hal ini menjadi penyulit, mengingat sistem pelayanan kesehatan dasar di Indonesia masih belum menempatkan kedua hal ini sebagai prioritas dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berorientasi pada klien.

mardawiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar